Dia termenung sendiri di sudut ruangan. Bergejolak dengan perasaannya. Rasa tersakiti yang amat sangat, sekaligus pasrah karena tidak dapat berbuat apa-apa. Yang dirasakan semua hilang dirampas darinya.
Dia mengingat-ingat. Dulu semua perhatian dan kasih sayang tertuju padanya. Setiap saat selalu jadi bahan pembicaraan. Semuanya senang memamerkan dan berfoto dengannya. Tapi, masa-masa itu usai semenjak ia datang.
Karena kehadirannya, tidak ada lagi yang peduli denganku. Aku tidak lagi bisa tampil. Aku harus menerima tidak lagi berada didepan, dan jadi pusat perhatian. Orang-orang bahkan tidak lagi tidak menyadari keberadaanku.
Seharusnya kita bisa menjadi teman. Tapi rasa cemburu ini begitu menyiksaku. Aku tidak dapat menyembunyikan rasa sakit ku. Setiap melihatmu aku bagaikan dejavu ke masa-masa indahku dulu.
Akhirnya hari ini kau harus pergi. Seseorang datang menjemputmu. Ku lihat, dia menyerahkan tumpukan uang yang banyak padanya. Dan dia terlihat senang menerimanya. Tapi mengapa? Bukankah dia kesayanganmu? Mengapa kau begitu senang melepasnya.
Hatiku jadi bertanya-tanya. Apakah dia benar-benar mencintainya. Mengapa begitu mudahnya dia melepasnya. Ah seharusnya aku tidak egois, seharusnya aku memberi kesempatan padanya untuk menjadi temanku. Seharusnya rasa cemburu tidak mengalahkan akal sehatku. Seandainya aku berbaik hati, mungkin kita bisa berbagi rasa dan cerita. Dan akupun tidak akan merasakan kesepian. Aku bahkan tidak tau namanya.
Sesaat sebelum dia memasuki mobil. Aku bertanya pada rumput kecil temanku. “Siapa Dia?”
“Siapa namanya? “ “Dia bernama Monstera Variegata” jawab si rumput kecil.